Sebagian besar vespa akhirnya pensiun. Namun, tahun 1994, para penggemar vespa tua mulai menarik perhatian ketika muncul dengan vespa yang telah dimodifikasikan sedemikian rupa, apalagi ketika berada di jalan raya.
Modifikasi vespa yang unik pun menarik satu demi satu penggemar vespa lainnya, sehingga mampu meraih simpati dan mendapat tempat di masyarakat. Apalagi kemudian para penggemar ini membentuk klub vespa di NTB dengan nama Rinjani Scooter Club (RSC). Gairah berkendaraan vespa tua meningkat, vespa-vespa berbagai merk yang sudah ‘pensiun’ diburu bahkan yang sudah jadi rongsokan pun hendak dihidupkan lagi. “Saya membeli vespa Kongo dari dua karung rongsokan,” kata Hambali yang kemudian merakit sendiri vespa tahun 1964 tersebut.
Kini vespa tua tidak lagi bisa gampang didapatkan di Lombok mengingat penggemar vespa sudah memburunya sejak kemunculannya kembali. “Vespa tua lebih diburu namun sulit didapatkan,” ungkap Zaeni Muhammad, penggemar vespa yang memodifikasikan vespa PX-nya menjadi unik dan nyaman dikendarai. “Makin tua makin diburu,’ ujarnya.
Setelah RSC yang telah masuk dalam keanggotaan IMI NTB dan memiliki akte notaris, klub-klub penggemar vespa bermunculan hingga mencapai puluhan. Di antaranya, GAIS (Green Army Independen Scooter), yang memilih cat cenderung berwarna hijau tentara, BUVALO (Budak Vespa Lombok), BOSS (Boys Owners Scooter Sespan), ASLI (Ampenan Scooter Lombok Independen), SAS (Scooter Anak Sumbawa) klub vespa di Sumbawa, Kumilu Scooter Club di Lombok Timur.
“Klub vespa menyebar di NTB,” kata Hananto. Sementara jumlah perkiraan vespa di NTB menurutnya mencapai 400 vespa baik yang tergabung dalam klub maupun tidak. Harga vespa di Lombok, kata Hambali, ada yang mencapai Rp 30-an juta. Kesamaan gerak para penggemar vespa yang membentuk klub-klub tersebut, lanjutnya, lebih karena hobi semata terutama terhadap vespa-vespa tua.
Modifikasi vespa yang unik pun menarik satu demi satu penggemar vespa lainnya, sehingga mampu meraih simpati dan mendapat tempat di masyarakat. Apalagi kemudian para penggemar ini membentuk klub vespa di NTB dengan nama Rinjani Scooter Club (RSC). Gairah berkendaraan vespa tua meningkat, vespa-vespa berbagai merk yang sudah ‘pensiun’ diburu bahkan yang sudah jadi rongsokan pun hendak dihidupkan lagi. “Saya membeli vespa Kongo dari dua karung rongsokan,” kata Hambali yang kemudian merakit sendiri vespa tahun 1964 tersebut.
Kini vespa tua tidak lagi bisa gampang didapatkan di Lombok mengingat penggemar vespa sudah memburunya sejak kemunculannya kembali. “Vespa tua lebih diburu namun sulit didapatkan,” ungkap Zaeni Muhammad, penggemar vespa yang memodifikasikan vespa PX-nya menjadi unik dan nyaman dikendarai. “Makin tua makin diburu,’ ujarnya.
Setelah RSC yang telah masuk dalam keanggotaan IMI NTB dan memiliki akte notaris, klub-klub penggemar vespa bermunculan hingga mencapai puluhan. Di antaranya, GAIS (Green Army Independen Scooter), yang memilih cat cenderung berwarna hijau tentara, BUVALO (Budak Vespa Lombok), BOSS (Boys Owners Scooter Sespan), ASLI (Ampenan Scooter Lombok Independen), SAS (Scooter Anak Sumbawa) klub vespa di Sumbawa, Kumilu Scooter Club di Lombok Timur.
“Klub vespa menyebar di NTB,” kata Hananto. Sementara jumlah perkiraan vespa di NTB menurutnya mencapai 400 vespa baik yang tergabung dalam klub maupun tidak. Harga vespa di Lombok, kata Hambali, ada yang mencapai Rp 30-an juta. Kesamaan gerak para penggemar vespa yang membentuk klub-klub tersebut, lanjutnya, lebih karena hobi semata terutama terhadap vespa-vespa tua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar